TEKNIK PENGELASAN
III.1 TEKNIK PENGELASAN BUSUR LISTRIK
III.1.1. Penanganan Mesin Las Busur Listrik Arus Bolak-balik
Persiapan Mesin Las Busur Listrik Arus Bolak-balik
III.1.2. Persiapan Peralatan dan Alat Pelindung
III.1.2.1. Pemakaian pakaian pelindung
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan
pakaian pelindung diri antara lain :
(1) Lindungilah mata dengan kaca pelindung dari kap las dengan
bagian luar kaca bening dan bagian dalam kaca gelap, tampak
pada gambar 8 . Kaca pelindung ditujukan untuk menurunkan
kekuatan pancaran cahaya pengelasan berupa sinar ultraviolet dan
harus dapat menyerap atau melindungi mata. Kaca pelindung yang
digunakan pada proses pengelasan berbeda dengan kaca
pelindung untuk pemotongan dengan gas, biasanya tingkat
kegelapan kaca potong dengan gas relatif lebih terang dibanding
dengan kaca pelindung untuk pengelasan yang diharuskan
mempuyai kekuatan penahan sinar .
Kaca pelindung mata Kaca bening Kaca bening
Gambar 8 Kaca pelindung mata
Tabel 4 Jenis – jenis kaca mata pelindung Ukuran nomor kaca
Penggunaan
6 ~ 7 Pengelasan gas / pemotongan derajat menengah dan busur
las / pemotongan dari 30A maksimum
8 ~ 9 Pengelasan gas / pemotongan derajat tinggi dan las busur /
pemotongan antara 30A – 100A
10 ~ 12 Las busur / pemotongan antara 100A – 300A
13 ~ 14 Las busur / pemotongan minimum 300A
(2) Gunakan pakaian pelindung kerja seperti tampak gambar 9 dan
usahakan jangan mengganggu kegiatan operasional.
(3) Gunakan pelindung kerja yang kering , aman dan nyaman.
(4) Pasang pengait dari pelindung kaki dibagian sampingnya.
(5) Pakai apron sedemikian rupa sehingga saku apron menghadap ke
dalam, hal ini untuk menghindari percikan api.
Gambar Pakaian pelindung kerja
III.1.2.2. Pemeriksaan peralatan
Selalu periksa terlebih dahulu peralatan-peralatan kerja yang akan
digunakan seperti :
(1) Palu (4) Sikat baja
(2) Pahat datar (5) Tang penjepit plat pelat
(3) Palu pembersih
Gambar 10 Peralatan kerja
III.1.3. Penyalaan Busur Listrik
1. Persiapan
Sebagai langkah awal dalam proses penyalaan busur, lakukan
persiapan dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Mengeset mesin las
(Lihat “Penanganan Mesin Las Busur Listrik Arus Bolakbalik”).
(2) Menyetel arus pengelasan sampai 160A, tebal plat 9 mm
(3) Membersihkan permukaan logam dasar.
(4) Mengatur logam induk secara mendatar pada meja kerja.
2. Posisi tubuh
Posisi tubuh yang benar seperti ditunjukkan pada gambar 11 juga
menunjang kesempurnaan hasil pengelasan. Untuk itu perhatikan hal-hal
berikut dibawah ini :
(1) Tegakkan badan bagian atas dan buka posisi kaki anda
(2) Pegang holder dan pertahankan siku-siku tangan anda pada
posisi horisontal
Gambar 11 Posisi tubuh saat penyalaan busur listrik
3. Menyalakan busur
Langkah-langkah penyalaan busur adalah sebagai berikut :
(1) Masukkan elektrode kedalam holder pada sudut yang benar
(seperti gambar 12).
(2) Dekatkan posisi elektrode pada posisi penyalaan busur.
Untuk diingat ! Lindungi wajah anda dengan kap las.
(3) Penyalaan Busur
a. Ketukkan ujung elektrode pada material dan pertahankan jarak terhadap material dasar kurang lebih 2 sampai 3 mm.
b. Goreskan elektrode pada logam dasar dan pertahankan jarak antara logam dasar kurang lebih 2 sampai 3 mm.
Persiapan Menyentuh Jauhkan
Gambar 12 Proses Penyalaan busur
4. Menghentikan busur
Untuk menghentikan busur, kurangi gerakan busur agar lebih
pendek dan angkat secepat mungkin elektrode dari bahan induk dengan
gerakan posisi balik dan sedikit dimiringkan, seperti terlihat pada gambar 13. Untuk meneruskan las ulangi langkah 3 dan 4 tetapi terlebih dahulu
dibersihkan ujung hasil las pertama dan selanjutnya.
Gambar Menghentikan busur
Pengelasan Posisi Datar
Mengelas Manik manik Lurus posisi datar
Membuat manik-manik posisi datar dengan ayunan
III.1.5. Pengelasan Tumpul Posisi Datar
1. Persiapan
Sebagai langkah persiapan, perhatikan hal-hal berikut ini :
(1) Permukaan logam yang kasar harus dihaluskan dulu dengan
menggunakan kikir tangan atau gerinda tangan.
(2) Bersihkan logam dasarnya.
Kikir tangan
Gambar 26 Persiapan permukaan logam pada pengelasan tumpul posisi datar
2. Las ikat
Sebelum pengelasan, dua logam yang akan disambung terlebih
dahulu diberikan las ikat. Perhatikan hal-hal berikut :
(1) Berikan las ikat pada sisi belakang dengan hati-hati jangan
sampai merusak pengelasan sisi depan.
(2) Jangan sampai menggeser posisi bagian las logam dasar.
(3) Berikan pengaturan regangan sekitar 20 untuk dapat
mengganti regangan sudut .
Sisi belakang
Jarak
Las ikat
Gambar 27 Las ikat pada pengelasan tumpul posisi datar
3. Menyalakan busur
(1) Buatlah las ikat dengan las busur listrik
(2) Tunggu sampai busurnya stabil.
Las ikat
Gambar 28 Pembuatan busur
4. Proses Pengelasan
Selama proses pengelasan tumpul, perhatikan hal-hal berikut :
(1) Gunakan elektroda (D4316) type hidrogen rendah dengan
atau kode lain yang sejenis.
(2) Aturlah arus las pada posisi yang diperlukan.
(3) Jagalah tangkai elektrodanya pada posisi 90o terhadap
permukaan logam dan 75 hingga 80o terhadap arah
pengelasan.
(4) Gerakkan tangkai las ke kanan dan kiri dengan ayunan sedikit
lebih besar dari celah.
(5) Pertahankan pendeknya busur dan dilaskan maju kedepan
supaya ujung tangkai lasnya berada di ujung depan yang
lubang
Gambar 29 Pengaturan las
Gambar 30 Gerakan tangkai Las
5. Pemeriksaan hasil las
Setelah proses pengelasan selesai, periksalah hal-hal berikut :
(1) Bentuk rigi-riginya (lebarnya, kekuatannya, dan bentuk relungrelungnya).
(2) Kondisi akhir ujung-ujung rigi
(3) Takikan atau tumpangan.
(4) Bentuknya rigi-rigi.
(5) Pembersihan.
Lebar manik
Kekuatan
Ketinggian penembusan
Ujung
akhir
Tembusan
Permukaan manik
Ujung permulaan
Gambar 31 Pemeriksaan hasil las
Pengelasan Tumpul Kampuh V Posisi Datar dengan
Penahan Belakang
III.1.7. Pengelasan Sudut Posisi Horisontal
1. Persiapan
Sebagai langkah persiapan, perhatikan hal-hal berikut ini :
(1) Bersihkan permukaan tumpul logam dasar.
(2) Aturlah arus las pada 170 A.untuk pelat tebal 9 mm
Gambar 41 Persiapan permukaan logam pada pengelasan sudut posisi horisontal
2. Las ikat
Sebelum pengelasan, dua logam yang akan disambung terlebih
dahulu diberikan las ikat. Perhatikan hal-hal berikut :
(1) Gabungkan logam-logamnya seperti huruf T terbalik.
(2) Buatkan las ikat pada kedua ujung sambungan supaya
pengelasan tidak terganggu
(3) Susun logam dasar secara posisi horisontal.
pengelasan
ikat
Gambar 42 Las ikat pada pengelasan sudut posisi horisontal
3. Penyalaan busur
(1) Nyalakan busur sekitar 10-20 mm didepan titik awal las dan
putar balik menuju titik yang tadi.
(2) Kalau busurnya sudah stabil, mulailah pengelasan.
Posisi penyalaan busur
Gambar 43 Penyalaan busur
4. Pengelasan lajur pertama
(1) Peganglah elektroda 45o tehadap dua permukaan logam dasar
dan 75o - 80o terhadap arah las.
(2) Aturlah arus las 170 A.
(3) Jangan mengayun.
(4) Laslah lajur tersebut supaya panjang kaki sudut menjadi
sekitar 5-6 mm.
Elektroda
Gambar 44 Mengelas sudut untuk alur tunggal
5. Pengelasan lajur kedua untuk las sudut alur banyak
(1) Rontokkan terak-terak pada lajur pertama dan bersihkan.
(2) Aturlah arus pada 160 A.
(3) Kemiringan elektroda terhadap logam horisontal harus 60-70o
dan terhadap arah las harus 75-80o.
(4) Jangan belok-belok /menenun.
(5) Atur elektroda sehingga titik tengahnya tepat pada ujung dari
lajur pertama pada sisi horisontal dari logam dasar.
6. Pengelasan lajur ketiga
(1) Rontokkan terak-terak lajur kedua dan bersihkan.
(2) Aturlah arus las pada 160 A.
(3) Peganglah elektroda pada 45o terhadap logam yang horisontal
dan 75-80o terhadap arah las.
(4) Jangan mengayun.
(5) Luruskan titik tengah elektroda dengan ujung lajur pertama
pada sisi logam yang berdiri.
(6) Teruslah mengelas sampai busurnya pendek.
Gambar 46 Mengelas lajur ketiga Elektroda
7. Pemeriksaan hasil las
Setelah proses pengelasan selesai, periksalah hal-hal berikut :
(1) Lajur las yang saling bertumpukan
(2) Bentuk lengkungan rigi-rigi
(3) Kondisi akhir ujung rigi-rigi
(4) Keragaman panjangnya kaki sudut (ukur menggunakan alat
ukur las)
(5) Takik las atau penumpukan
(6) Pembersihan
Tumpang tindih
dan takikan
Panjang
masing-masing
kaki sudut tidak
ada yang sama
Masing-masing lajur
las saling bertumpukan
tak beraturan
III.1.8. Pengelasan Vertikal
III.1.8.1 Pengelasan Vertikal Rigi Las Lurus
1. Persiapan
Sebagai langkah persiapan, perhatikan hal-hal berikut ini :
(1) Pasanglah lurus vertikal logam dasar dengan penahan /
penyangga.
(2) Atur posisi logam dasar kira-kira 50 mm lebih rendah dari arah
pandang lurus.
(3) Bersihkan permukaan logam dasar dengan sikat kawat.
Gambar 47 Contoh las T yang buruk
Sikat kawat
Penyangga
Gambar 48 Persiapan permukaan las pada pengelasan vertikal rigi las lurus
2. Posisi badan saat pengelasan
(1) Masukkan elektroda kedalam pengait pada tangkai pemegang
(2) Letakkan kabel dipundak.
(3) Posisi anda berdiri harus kaki melebar supaya tubuh anda
stabil .
Elektroda
Tangkai
pemegang
Kabel
Gambar 49 Posisi pengelasan saat pengelasan vertikal
3. Penyalaan busur
(1) Aturlah arus las sekitar 100-120 A.
(2) Sudut elektroda terhadap logam dasar harus 90o.
(3) Nyalakan busur kira-kira 10-20 mm didepan titik awal dan
putar balik melalui titik awal itu
7
Elektroda
Arah
Pengelasan
Elektroda
Logam
dasar
Gambar 50 Penyalaan busur
4. Pengelasan rigi - rigi
(1) Kemiringan elektroda terhadap arah pengelasan harus 70-
80o.
(2) Laskan lurus sepanjang jalur las sambil melihat titik lumer
logam dasar.
(3) Panjangnya busur harus tetap.
(4) Jaga agar posisi busur selalu didepan terak.
Elektroda
Arah
Pengelasan
Logam dasar
Logam las
Panjang busur
Elektroda
Baik
Terak
Arah pengelasan
Terak
Logam dasar
Terak
Logam las Buruk
Gambar 51 Pengelasan rigi - rigi
5. Mematikan busur
Perpendeklah busur pelan-pelan dan matikan.
Arah mematikan busur
Elektroda
Logam dasar
Gambar 52 Pematian busur las
6. Pengisian kawah
Buatlah busur hidup dan mati pada ujung akhir pengelasan
supaya kawah terisi.
Pengulangan
Logam dasar
Terak
Gambar 53 Pengisian kawah
7. Pemeriksaan hasil las
(1) Periksalah permukaan rigi-rigi dan keragaman bentuk
lekukannya
(2) Periksa apakah lebar rigi telah optimal.
(3) Periksa apakah kekuatannya sudah sesuai.
(4) Periksalah kondisi setelah selesai pada titik awal dan titik
akhir.
(5) Periksalah apakah ada takikan atau penumpukan.
(6) Periksalah apakah ada pengembangan
Baik Buruk
Baik Buruk
Takik Menumpuk
Baik Buruk Buruk
Gambar 54 Pemeriksaan hasil las
III.1.8.2 Pengelasan Vertikal dengan ayunan
1. Persiapan
Sebagai langkah persiapan, perhatikan hal-hal berikut ini :
(1) Pasanglah lurus vertikal logam dasar dengan penahan /
penyangga.
(2) Atur posisi logam dasar kira-kira 50 mm lebih rendah dari arah
pandang lurus.
(3) Bersihkan permukaan logam dasar dengan sikat kawat.
2. Posisi badan saat pengelasan
(1) Masukkan elektroda kedalam pengait pada tangkai pemegang
(2) Letakkan kabel dipundak.
(3) Posisi anda berdiri harus kaki melebar supaya tubuh anda
stabil .
3. Penyalaan busur
(1) Atur arus las sekitar 110 -130A.
(2) Sudut elektroda terhadap logam dasar harus 90o.
(3) Nyalakan busur sekitar 10-20 mm didepan titik awal dan putar
balik lewat starting point .
Elektroda
Arah
pengelasan
Gambar 55 Penyalaan busur las pada pengelasan vertikal dengan ayunan
4. Pengelasan rigi - rigi
(1) Jagalah agar sudut elektroda terhadap arah pengelasan 70-
80o.
(2) Gerakkan elektroda dari tepi ke tepi dengan menggerakkan
lengan.
(3) Usahakan busur pendek.
(4) Gerakkan elektroda dengan cepat ditengah rigi-rigi tapi
dengan pelan pada kedua sisi.
(5) Gerakkan elektroda dari tepi ke tepi tidak melebihi 3x diameter
elektroda.
(6) Majukan jarak las supaya rigi-rigi menutupi separoh rigi-rigi
lainnya
(7) Jaga posisi busur agar selalu didepan terak
Logam
dasar
Tanpa gerakan
pergelangan
tangan
Logam
dasar
Lebar ayunan
Elektroda
Terak
Logam las
Terak
Busur
Elektroda
Terak
Gambar 56 Pengelasan rigi – rigi
5. Mematikan busur
Pendekkan busur pelan-pelan dan kemudian matikan
Logam dasar
Gambar 57 Pematian busur las
6. Pengisian kawah
Ulangilah menghidupkan dan mematikan busur pada titik
penyelesaian sampai kawah las terisi.
Logam dasar
Gambar 58 Pengisian kawah
7. Pemeriksaan hasil las
Setelah proses pengelasan selesai, lakukan langkah-langkah
pemeriksaan pada hal-hal berikut :
(1) Permukaan rigi-rigi las dan keseragaman bentuk lekukan
lasnya.
(2) Apakah lebar rigi-riginya sudah optimum.
(3) Apakah penguatannya sudah sama/sesuai.
(4) Kondisi akhir pada titik-titik awal dan akhir.
(5) Apakah ada takikan atau penumpukan.
(6) Apakah ada pelebaran terak
III.1.9. Pengelasan Sambungan Tumpul Kampuh V dengan
Penguat Belakang
1. Persiapan
Sebagai langkah persiapan, perhatikan hal-hal berikut ini :
(1) Siapkan dua logam dasar dengan ukuran seperti pada gambar
dan kikirlah sisinya dengan kemiringan 30.
(2) Potonglah backing strip/penahan belakang dengan ukuran
seperti pada gambar dan berikan kemiringan 3o untuk
penyimpangan.
(3) Selesaikan sisi logam yang diarsir miring dengan kikir.
(4) Kikirlah sisik-sisik hitam dari bagian kontak logam dasar dan
backing strip.
Arah pengikiran
Ragum
Gambar 59 Persiapan awal Pengelasan Sambungan Tumpul Kampuh V dengan Penguat Belakang
2. Las ikat
(1) Rekatkan kedua logam dengan penahan (backing strip)
dengan dilas ikat sehingga celahnya 4 mm.
(2) Atur arus las ikat kira-kira 160-180 A.
(3) Rapatkan dengan erat antara kedua logam dengan bingkai
penahan supaya tidak ada renggang sedikitpun .
(4) Berikan las ikat supaya tidak mengganggu pengelasan .
(5) Yakinkan bahwa setelah pengelasan ikat, tidak ada lagi jarak
antara logam dengan bingkai penahan.
Sisi depan
Las ikat Sisi
belakang
Las ikat
Gambar.60 Las ikat
3. Penyalaan busur
(1) Pegang elektroda seperti ditunjukkan pada gambar II.131.
(2) Arus las harus 120-140A .
(3) Buatlah busur pada ujung bingkai penahan.
(4) Laslah kedalam sambungan 2 logam bentuk V tadi setelah
busurnya stabil .
Logam dasar
Elektroda
Gambar 61 Penyalaan busur
4. Pengelasan pertama
(1) Laslah kearah atas baik dengan ayunan maupun tidak.
(2) Laslah bingkai penahan pada tempat/celah bagian ujung dan
sisi kedua logam yang sudah di bevel.
Buatlah rigi-rigi yang tipis dan rata Arah pengelsan
Gambar 62 Pengelasan pertama
5. Pengisian kawah las
(1) Ulangi menghidupkan dan mematikan busur pada titik akhir
sampai kawah terisi penuh.
(2) Bersihkan bagian logam las secara keseluruhan dengan sikat
kawat dan palu sumbing
Terak
Sikat baja
Logam dasar
Gambar 63 Pengisian kawah las
6. Pengelasan lajur kedua
(1) Aturlah arus lasnya pada 110-120 A.
(2) Gerakkan elektroda dari tepi ke tepi dan berhenti sejenak
dimasing-masing sisi.
Ayunannya harus selebar rigi-rigi yang pertama.
(3) Lakukan ayunan sehingga permukaan las bisa datar
(4) Setelah mengelas, rontokkan terak dan bersihkan
permukaannya.
Logam dasar
Elektroda
Lebar ayunan
Gambar 64 Pengelasan lajur kedua
7. Pengelasan alur kedua dan alur alur berikutnya
(1) Atur arus lasnya pada 110-130 A.
(2) Selesaikan lajur-lajurnya 1 mm lebih rendah dari pada
permukaan logamnya.
(3) Lakukan ayunan sehingga permukaan las menjadi datar .
(4) Setelah mengelas,rontokkan terak dan bersihkan
permukaannya.
Logam dasar
Sekitar 1mm
Gambar 65 Pengelasan alur kedua dan alur yang lain
8. Pengelasan lajur terakhir
(1) Atur arus las kira-kira 110-120 A.
(2) Buat rigi-rigi terakhir selama penembusan sisi terbuka dari
logam dasar dengan kedalaman kira-kira 0.5 sampai 1.0 mm
(3) Setelah pengelasan, rontokkan terak-terak secara
keseluruhan dan bersihkan permukaannya.
Alur ketiga
Alur terakhir
Alur kedua
0.5 ~1mm 0.5 ~1mm
Lebar rigi-rigi akhir
Penguatan
Alur pertama
Gambar 66 Pengelasan lajur terakhir
9. Pemeriksaan hasil las
(1) Periksa apakah ada takikan atau penumpukan.
(2) Periksa apakah permukaan rigi-rigi dan bentuk lekukan sudah
seragam .
(3) Periksa kondisi akhir pada titik awal dan titik akhir.
(4) Periksa apakah ada pelebaran rigi-rigi las.
Logam dasar
Pelebaran
Logam yang diisikan
Gambar 67 Pemeriksaan hasil las
III. 1.10. Pengelasan Sudut Vertikal (Ke Atas dan Ke Bawah)
III.1.10.1 Pengelasan sudut vertikal (ke atas)
1. Persiapan
Sebagai langkah persiapan, perhatikan hal-hal berikut ini :
(1) Membuat logam dasar seperti yang ditunjukan disamping.
(2) Bersihkan bagian-bagian sambungan dari logam tersebut.
Gambar 68 Persiapan awal pada Pengelasan sudut vertikal (ke atas)
2. Las ikat
(1) Aturlah arus las ikat pada 140-160 A.
(2) Lakukan las ikat pada kedua ujung logam tersebut.
Las ikat
Gambar 69 Las ikat
3. Penyalaan busur
(1) Pasanglah logam dasar secara vertikal.
(2) Aturlah arus las 110-130 A.
(3) Jaga kemiringan elektroda agar tetap pada sudut 450 terhadap
kedua sisi logam .
(4) Jaga kemiringan elektroda agar tetap pada sudut 70-800
terhadap arah pengelasan.
(5) Nyalakan busur kira-kira 10-20 mm diatas titik awal dan putar
balik .
Gambar 70 Penyalaan busur
4. Pengelasan alur pertama
(1) Panjang busur harus tetap.
(2) Gerakan elektroda sehingga busur selalu berada diatas terak.
(3) Pengelasan kearah atas baik dengan atau tanpa gerakan
mengayun.
Logam dasar
Logam yang
diisikan
Panjang busur
Elektroda
Terak
Gambar 71 Pengelasan alur pertama
5. Pengelasan alur kedua
(1) Bersihkan lajur las pertama.
(2) Pengelasan arah keatas dengan gerakan mengayun
Berhenti sebentar pada tiap-tiap sisi untuk membuat perpaduan yang rapi
Gerakan
mengayun
Alur pertama
Alur kedua
Gambar 72 Pengelasan alur kedua
6. Pemeriksaan hasil las
(1) Periksalah barangkali ada takikan atau penumpukan.
(2) Periksalah apakah permukaan rigi-rigi dan bentuk lekukan las
sudah seragam.
(3) Periksalah kondisi akhir pada titik awal dan titik akhir.
(4) Periksalah apakah ada las yang melebar.
(5) Ukurlah panjang kaki las.
(6) Periksalah apakah ada pencampuran terak.
III.1.10.2 Pengelasan sudut vertikal (ke bawah)
1. Persiapan
Sebagai langkah persiapan, perhatikan hal-hal berikut ini :
(1) Membuat logam dasar seperti pada pengelasan sudut vertikal
(keatas).
(2) Bersihkan bagian-bagian sambungan dari logam tersebut.
2. Las ikat
(1) Aturlah arus las ikat pada 140-160 A.
(2) Lakukan las ikat pada kedua ujung logam.
3. Penyalaan busur
(1) Atur arus las sekitar 180-200 ampere.
(2) Jaga kemiringan elektroda agar tetap pada sudut 45o terhadap
kedua sisi logam .
(3) Jaga kemiringan elektroda agar tetap pada sudut 70-80o
terhadap arah pengelasan.
(4) Nyalakan busur di bagian atas sambungan bergeser dari garis
pengelasan,dan mulailah pengelasan setelah busurnya stabil.
Gambar 73 Penyalaan busur pada pengelasan sudut vertikal (ke bawah)
4. Pengelasan alur pertama
(1) Peganglah elektroda sesuai sudut yang ditentukan.
(2) Mengelas dari atas kebawah sambil mempertahankan ujung
elektrode tetap menyentuh logam dasar.
(3) Gerakan elektroda sehingga busurnya selalu terletak dibawah
terak las
Logam
dasar
Arah
pengelasan
Logam yang
diisikan
Logam
dasar
Terak
Elektroda
Gambar 74 Pengelasan alur pertama
5. Mematikan busur las
Untuk mematikan busur las, pendekkan busur pelan-pelan dan
matikan busurnya.
6. Pengisian kawah las
Ulangilah menghidupkan dan mematikan busur pada titik akhir
sampai kawah las terisi.
Logam dasar Terak
Pengulangan
Gambar 75 Pengisian kawah las
7. Pemeriksaan hasil las
(1) Periksalah apakah ada takikan atau penumpukan.
(2) Periksalah apakah permukaan rigi-rigi dan bentuk lekukan
sudah seragam.
(3) Periksalah kondisi akhir pada ujung-ujung awal dan ujung
akhir.
(4) Periksalah apakah ada las yang melebar.
(5) Ukurlah panjang kaki las
(6) Periksalah apakah ada terak dalam alur las.
III.1.11. Pengelasan Lurus Posisi Horisontal
1. Persiapan
Sebagai langkah persiapan, perhatikan hal-hal berikut ini :
(1) Pasanglah logam dasar dengan seksama pada alat
penahannya pada posisi arah vertikal.
(2) Ketinggian logam dasar kira-kira 50 mm lebih rendah dari
garis pandang mata .
(3) Bersihkan permukaan logam dasar dengan sikat kawat.
Posisi
mata
Penyangga
Sikat baja
Gambar 76 Persiapan permukaan las pada pengelasan lurus posisi horisontal
2. Posisi pengelasan
(1) Pasanglah elektroda pada penjepitnya.
(2) Letakkan kabel dipundak.
(3) Ambillah posisi berdiri dengan kaki sedikit melebar supaya
badan stabil .
Elektroda
Tangkai
penjepit
Gambar 77 Posisi elektrode pada penjepit
Kabel
Gambar 78 Posisi badan saat pengelasan
3. Penyalaan busur
(1) Atur arus las sekitar 110-130 A.
(2) Nyalakan busur sekitar 10-20 mm didepan titik awal dan putar
balik ke titik semula.
Arah peng elasan
Elektroda
Elektroda
Gambar 79 Penyalaan busur
Arah pengelasan
Arah peng elasan
Terak
Terak
4. Pengelasan rigi – rigi las
(1) Pertahankan sudut elektroda sekitar 70 sampai 800 terhadap
permukaan logam dasar.
(2) Pertahankan sudut elektroda sekitar 70-800 terhadap arah
pengelasan.
(3) Jaga agar busur tetap pendek .
(4) Pengelasan rigi-rigi sehingga busur selalu didepan terak las.
Arah pe nge lasan
Gambar 80 Pengelasan rigi – rigi
5. Mematikan busur
Untuk mematikan busur las, pendekkan busurnya pelan-pelan dan
selanjutnya matikan busur .
Arah pemotongan
busur
Gambar 81 Pematian Busur
6. Pengisian kawah las
Lakukan menghidupkan dan mematikan busur berulang-ulang pada
ujung akhir sampai kawah terisi.
Pengulangan
Gambar 82 Pengisian kawah las
7. Pemeriksaan hasil las
(1) Periksa keseragaman antara permukaan rigi-rigi dan bentuk
lekukan lasnya.
(2) Periksa apakah ada takikan atau penumpukan.
(3) Periksa apakah lebar rigi-rigi sudah optimal.
Takik
Penumpukan
Gambar 83 Pemeriksaan hasil las
Pengelasan Tumpul Posisi Horisontal dengan Penahan
Belakang
Pengelasan Konstruksi
III.2 TEKNIK PENGELASAN GMAW / FCAW
III.2.1. Penanganan Peralatan Las Busur Listrik dengan Gas
Pelindung CO2
Gambar 105 Pengelasan sambungan filet bagian luar
Gambar 106 Peralatan untuk pengelasan busur listrik dengan gas pelindung CO2
Tahapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus
diperhatikan meliputi :
1. Periksa kabel input dan terminal sambungannya. Yakinkan bahwa
semua dalam kondisi baik.
2. Periksa kabel output dan terminal sambungan (terminal sambungan
positif (+) ke wire feeder, terminal sambungan negatif (-) ke meja
kerja. Yakinkan bahwa semua dalam kondisi baik.
3. Periksa sambungan selang gas, kabel switch torch, kabel power
dan kabel wire feeder.
4. Periksa ukuran roll wire feeder. Yakinkan roll sesuai dengan ukuran
kawat yang digunakan (misal Ø 1,2)
5. Bongkar / lepas corong gas, mulut lubang gas dan ujung kontak dari
torch las.
Ujung
kontak
Lubang
gas Torch las
Corong
gas
Gambar 107 Bagian-bagian torch las
6. Pasang kawat elektroda misal Ø 1,2 pada roll wire feeder.
7. Putar posisi “ON” pada power switch utama.
8. Tekan tombol pada kotak remote kontrol atau torch switch sampai
kawat muncul pada kontak tip di torch las sebagaimana yang
terlihat pada gambar III.108.
Kotak remot
Tombol kontrol
arus
Tombol voltage
(tegangan)
Knob Inching
Torch las
Kawat Kawat elektoda
elektroda
Roll wire
feeder
Gambar 108 Penekanan remote kontrol
9. Periksa ujung kontak, lubang mulut corong gas dan gas alat
pemercik. Yakinkan bahwa semuanya dalam kondisi baik.
10. Pasang kembali Ujung kontak, lubang mulut gas dan corong gas .
11. Pasang regulator gas CO2 pada botol gas CO2. Pasang kabel
power untuk pemanas dan sambungkan selang gas.
Botol gas
Co2
Kabel daya
pemanas
Sisi belakang
welder
Sambungan
Heater
Sambungan
gas masuk
Selang
gas
Regulator gas CO2
Gambar 109 Regulator gas CO2 dan botol gas CO2
12. Buka katup botol gas. Setel katup kontrol tekanan gas sampai
tekanan gas mencapai 2 - 3 Kg / cm2.
13. Putar “switch gas check” ke Pengecekan. Buka katup kontrol aliran
gas dan atur sampai aliran gas 15 / menit.
14. Setelah penyetelan besarnya aliran gas , putar kembali “switch gas
check” ke “AUTO”.
15. Putar tombol arus dan voltage ke posisi tengah-tengah.
16. Nyalakan busur dengan menekan torch switch “ON” pada plat baja.
Yakinkan bahwa semuanya berfungsi dengan baik.
III.2.2 Penyalaan Busur dan Pengaturan Kondisi Pengelasan
Tahapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus
diperhatikan meliputi :
1. Potong kawat elektrode sampai 15 mm dari gas alat pemercik.
2. Atur knob amper dan voltase ke posisi tengah.
3. Jaga welding torch dan sentuhkan kawat elektrode pada plat baja
(lihat gambar III.99)
4. Tangan kiri bantu pegang welding torch untuk menjaga panjang
kawat yang keluar dan sudut torch konstan posisinya (lihat gambar
III.100)
5. Nyalakan busur dan pada waktu yang bersamaan jaga panjang
kawat konstan, periksa kondisi pengelasan untuk meter amper dan
voltage pada mesin las.
6. Matikan busur dengan melepas switch torch
7. Putar sakelar arus pada sekitar 100 A dan sakelar voltage sekitar
19.5 V, kemudian nyalakan busur dan atur kembali sakelar arus dan
tegangan mencapai 100 A dan 19.5 V dengan tang ampere.
8. Putar / atur sakelar arus sekitar 140 A dan sakelar Voltage sekitar
21 Voltage, lanjutkan dengan menyalakan busur serta atur / putar
sakelar arus dan voltage sampai arus dan voltage mencapai 140 A
dan 21 V dengan meter pengukur (tang amper).
9. Setel kondisi pengelasan (80A, 18.5 V).
10. Setel kondisi pengelasan (120A, 20,5 V).
11. Setel kondisi pengelasan (160A, 22 V).
12. Setel kondisi pengelasan (180A, 23 V).
13. Lepas corong gas dari torch las dan bersihkan corong gas dan
ujung kontak.
Sekitar 15 mm
Plat baja
Plat baja
Torch las
Gambar 110 Penyentuhan kawat
Gambar 111 Posisi memegang elektrode pada baja welding torch
Pengelasan lurus
Pengelasan lurus (tanpa ayunan)
Pengelasan lurus ( dengan ayunan )
III.2.4 Pengelasan Posisi Datar
Tahapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus
diperhatikan meliputi :
1. Buat garis dengan pena penggores dengan jarak 20 mm pada
kedua sisi material plat.
2. Letakkan material plat diatas meja kerja dengan posisi datar
(Horizontal).dan yakinkan dalam posisi stabil
3. Setel Kondisi Pengelasan pada ( 130 A, 21 V ).
4. Atur pada posisi pengelasan yang paling nyaman. Pegang Welding
Torch dengan metode yang benar dan letakkan Torch pada titik
awal garis pengelasan .( Lihat gambar 113 )
Torch las
Meja kerja
Plat baja Torch las
Plat baja
Gambar 124 Posisi pengelasan posisi datar
5. Nyalakan busur dan lakukan pengelasan lurus sepanjang garis
pada kondisi pengelasan 130 A dan 21 V.
6. Mundur sekitar 10 mm dari titik akhir untuk mencegah terjadinya
kawah las dan matikan busur api.
7. Bersihkan dan periksa hasil pengelasan.
8. Lakukan pengelasan pada alur kedua dengan cara yang sama.
9. Setel pada kondisi pengelasan ( 160 A, 22 V ).
10. Lakukan pengelasan ayun dengan membentuk sudut diantara dua
pengelasan lurus yang telah dibuat pada kondisi pengelasan 160 A,
22 V.
Torch las
Busur
Logam cair
Gambar 125 Gerakan ayunan
11. Bersihkan dan periksa hasil pengelasan.
12. Setel pada kondisi pengelasan (130A,21 V)
13. Lakukan pengelasan lurus pada alur las ketiga pada kondisi
pengelasan 130A, 21V.
III.2.5 Pengelasan Sambungan Tumpul Posisi Datar dengan
Penahan Belakang
Tahapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus
diperhatikan meliputi :
1. Potong material dengan sudut bevel 30o dengan menggunakan alat
potong gas otomatis.
2. Kikir permukaan bevel.
3. Bentuk plat backing dengan menggunakan kikir atau mesin pres.
4. Setel pada kondisi pengelasan (150 A, 21 V).
5. Setel material untuk di las ikat.
(Salah) (Salah)
Gambar 126 Penyetelan pelat penahan belakang dengan logam induk
6. Laksanakan las ikat plat backing dengan urutan 1-10.
7. Setel pada kondisi pengelasan (180A, 23V).
8. Letakkan welding torch pada titik awal pengelasan.
Gambar 128 Posisi welding torch
9. Lakukan pengelasan alur pertama pada kondisi pengelasan 180A,
23V.
10. Bersihkan dan periksa alur pertama.
11. Setel pada kondisi pengelasan (170A, 23V).
12. Lakukan pengelasan alur kedua pada kondisi pengelasan 170A,
23V.
13. Bersihkan dan periksa alur kedua.
14. Setel pada kondisi pengelasan (150A, 21V).
15. Lakukan pengelasan alur terakhir pada kondisi pengelasan 150A,
21V.
16. Bersihkan dan periksa alur terakhir.
17. Potong hasil lasan dengan menggunakan peralatan potong gas
otomatis.
III.2.6 Pengelasan Sambungan Tumpang pada Posisi Horisontal
III.2.7 Pengelasan Sambungan Tumpul pada Posisi Datar
III.2.8 Pengelasan Sudut Posisi Horisontal
III.2.9 Pengelasan Sudut Posisi Vertikal
III.2.10 Pengelasan Konstruksi
III.2.10.1 Pengelasan tumpul dan sudut pada konstruksi
Tahapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus
diperhatikan dalam pengelasan tumpul dan sudut pada konstruksi
meliputi :
1. Potong material seperlunya sesuai dengan ukuran dari material
yang diberikan dengan menggunakan peralatan potong gas
otomatis.
2. Periksa kelurusan dari permukaan material, permukaan las dan siku
dari ujung permukaan. Bila perlu diperbaiki (gambar III.154)
PPeennyiykuiku
(Bila perlu)
Diperbaiki
Mistar
3. Buat sudut bevel 30o pada material 50 x 165 x 9t dan 100 x 200 x 9t
menggunakan peralatan potong gas otomatis dan dikikir (gambar
III.155)
Kikir
(2 lembar) (1 lembar)
Kikir
Gambar 155 Proses pembuatan sudut bevel
4. Setel pada kondisi pengelasan (140A, 21V).
5. Rakit material bagian atas dengan las ikat (gambar III.156)
Las ikat LasL ikaast ikat
Gambar 156 Perakitan material dengan las ikat
6. Pasang material bagian atas pada plat bawah dengan las ikat.
7. Setel pada kondisi pengelasan (180A, 23V).
8. Lakukan pengelasan pojok dari material bagian atas dengan kondisi
pengelasan 180A, 20.5V pada posisi horisontal.
9. Lakukan pengelasan dari sambungan tumpul untuk menyambung
bagian atas dan plat bawah, dengan kondisi pengelasan 180A, 23 V
pada posisi datar.
10. Setel pada kondisi pengelasan (160A, 22A).
11. Lakukan pengelasan lapis kedua (lapis terakhir) pada sambungan
tumpul bagian (3,4) untuk menyambung bagian atas dengan plat
bawah dengan kondisi pengelasan 160 A, 22V pada posisi datar
(gambar III.157)
12. Setel pada kondisi pengelasan (200A, 24V).
13. Lakukan pengelasan sudut bagian untuk menyambung bagian atas
dan plat bawah dengan kondisi pengelasan 200A, 24V pada posisi
horisontal.
14. Bersihkan dan periksa hasil lasan.
Torch las
Torch las
Torch las
Gambar 157 Pengelasan lapis kedua
III.2.10.2 Pengelasan sudut posisi vertikal dan horisontal pada
konstruksi.
Tahapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus
diperhatikan dalam pengelasan sudut posisi vertikal dan horisontal pada
konstruksi meliputi :
1. Potong kebutuhan material sesuai dengan gambar dari material
yang diberikan dengan menggunakan mesin gunting atau potong.
2. Periksa kelurusan permukaan material dan permukaan las dan
periksa kesikuan dari pojok permukaan. Perbaiki bila perlu.
3. Setel pada kondisi pengelasan (120A, 20.5 V).
4. Las ikat 2 buah material (3.2t x 60 x 150) untuk persiapan
sambungan sudut pojok 90o (gambar III.158).
Torch las
Las ikat
Las ikat
Las ikat
Las ikat
Penyiku
Torch las
LLaass iikkaatt
Las ikat
Penyiku
Palu
Gambar III.158 Proses las ikat
5. Las ikat material (3.2t x 50 x 150) untuk persiapan sambungan
sudut pojok 90o
6. Rakit kotak persegi bagian atas dengan las ikat
7. Las bagian sambungan pojok (1,2) dari kotak persegi dengan
kondisi pengelasan 120A dan 21.5 V pada posisi horisontal.
(gambar III.159)
Torch las
Gambar III.159 Pengelasan sambungan pojok
8. Setel pada kondisi pengelasan (140A, 21V)
9. Pengelasan sudut arah vertikal pada bagian (3,4) dari kotak persegi
dengan kondisi pengelasan 140A dan 21V dengan pengelasan
vertikal turun. (gambar III.160)
Torch las
Gambar III.160 Pengelasan sudut arah vertikal turun
10. Setel pada kondisi pengelasan (120A, 20.5V)
11. Las ikat plat bawah dengan kotak persegi yang telah dibuat.
12. Pengelasan pojok bagian (5,6) untuk penyambungan plat bawah
(dasar) dengan kotak peregi pada kondisi pengelasan 120A dan
20.5V dengan posisi horisontal (gambar III.161)
Torch las
Gambar III.161 Pengelasan pojok untuk
penyambungan plat dasar
13. Setel kondisi pengelasan (140 A dan 21 V).
14. Pengelasan fillet (sudut) bagian (7,8) untuk penyambungan kotak
persegi dengan plat bawah (dasar) pada kondisi pengelasan 140 A
dan 21 V dengan posisi horisontal (gambar III.162)
Torch las
Gambar III.162 Pengelasan fillet untuk
penyambungan plat dasar
15. Bersihkan dan periksa hasil pengelasan.
III.3 TEKNIK PENGELASAN TIG (LAS BUSUR GAS)
Argon gas
Slang gas
Pasokan
air
Cerat pembuang air
Torch
l
Logam
induk
Kabel masa
Regulator tekanan
Tangkai
Sumber
tenaga
Air
Slang
air
pendingin
Gambar III.163 Rangkaian Mesin Las TIG
III.3.1 Penyetelan Mesin Las GTAW
Tahapan penyetelan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting
yang harus diperhatikan meliputi :
1. Pemilihan arah saklar pada pengelasan argon
Pasang/letakkan tombol pilihan pengelasan argon/manual pada
posisi argon untuk proses las GTAW
Las Argon
Las manual
Gambar III.164 Saklar Las argon dan las manual
2. Pilih arus yang digunakan, AC atau DC
(1) Pilih AC/DC sesuai dengan material yang akan dilas.
(2) Jika dipilih DC, periksa dan yakinkan elektrode positif.
Gambar III.165 Saklar pengatur AC dan DC
3. Hidupkan tombol main power/power utama
Yakinkan bahwa lampu penunjuk menyala.
Power
ON
OFF
Gambar III.166 Tombol power utama
4. Hidupkan saklar kontrol
Lihat gambar III.167 dibawah ini.
Power
ON
OFF
Sakelar pemilih pengisian kawah
Gambar III. 167 Saklar kontrol
5. Pilih metode pendinginan
(1) Setel saklar pendingin ke posisi pendinginan air
(2) Buka kran aliran air
(3) Yakinkan bahwa lampu penunjuk dari pendinginan air menyala
Lampu penunjuk
air pendingin
Torch pendingin air
torch pendingin udara
Gambar III.168 Kran aliran air
6. Atur banyaknya aliran gas
(1) Setel saklar pemeriksaan gas pada posisi pemeriksaan
(2) Buka katup pengatur indikator aliran gas
(3) Atur banyaknya aliran berdasarkan lembar informasi.
Ukur aliran gas pada tombol di tengah - tengah tabung.
(4) Setel saklar pemeriksaan gas pada posisi pengelasan.
Pemeriksaan gas
Pengelasan
Gambar III.169 Pengaturan aliran gas
7. Atur saklar pemilihan pengisian kawah las pada posisi “NO filling”
Setel saklar kawah pada posisi “NO filling”.
Ulang
Tidak ada pengisian
Pengisian
Sakelar pemilih pengisian kawah
Gambar III.170 Pengaturan saklar
8. Setel after-flow
Letakan posisi tombol after flow sesuai dengan diameter elektrode
yang digunakan.
After flow
After-Flow
Gambar III.171 Penyetelan after flow
III.3.2 Penanganan Torch Las GTAW
Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang
harus dilakukan meliputi :
1. Pasang badan kolet dan kencangkan dengan tangan
2. Pasang nosel gas dan kencangkan dengan tangan
Gambar III.172 Pemasangan kolet dan nosel
3. Masukkan/ pasang kolet
4. Masukkan / pasang elektrode
Keluarkan ujung elektrode sepanjang 2 - 3 kali diameter
elektrode dengan mendorong dari nozzle bagian belakang.
5. Pasang/tutup dan kencangkan tutup rapat-rapat
Dorong elektrode bagian belakang sekitar 5 mm dari nozzle
6. Pasang tombol torch
(1). Pasang switch/saklar pada posisi yang mudah dioperasikan.
(2). Ikat switch/saklar dengan sabuk tali.
2 sampai 3 kali
diameter elektrode
Gambar III.173 Pemasangan elektrode dan tutup
III.3.3 Pelelehan Baja Tahan Karat Dengan Las GTAW
Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang
harus dilakukan meliputi :
1. Perawatan ujung elektrode
Gerinda ujung elektrode hingga runcing.
2. Pemasangan elektrode pada torch
Pasang elektrode sampai ujungnya keluar kira kira 5 mm dari
Nozzle.
3. Penyetelan mesin las
(1) Yakinkan bahwa masing masing saklar dan dial terpasang
pada posisi yang diharapkan.
(2) Setel tombol pemilihan AC / DC ke DC.
(3) Setel banyaknya aliran gas pada 5 / menit.
(4) Setel arus pengelasan sekitar 80-90 A.
4. Penyalaan busur
(1) Letakkan nozzle sekitar 10-15mm didepan titik awal las.
(2) Pakai helm pelindung.
(3) Tegakkan torch sedikit.
(4) Jangan sentuhkan elektrode pada benda kerja.
(5) Tekan tombol torch.
Gambar III.174 Penyalaan busur
5. Pengarahan ke ujung awal las
(1) Arahkan balik torch ke ujung awal las.
(2) Pegang torch pada posisi tegak 90o terhadap permukaan
benda kerja dan dimiringkan sekitar 10o- 20o terhadap arah
garis pengelasan.
(3) Jaga panjang busur sekitar 3-5 mm.
(4) Lelehkan ujung awal pengelasan.
Logam
induk
Gambar III.175 Awal pengelasan
6. Pelelehan logam
(1) Jaga lebar pelelehan logam sekitar 6-8 mm.
(2) Lelehkan sepanjang garis pengelasan.
Arah pen gelasa n
Gambar III.176 Pelelehan
7. Mematikan busur
(1) Lepas jari anda dari saklar torch.
(2) Jangan gerakkan torch dari kawah las selama periode after
flow (aliran gas akhir).
Gambar III.177 Mematikan busur
8. Pemeriksaan
(1) Periksa dan pastikan apakah bentuk dan lebar pelelehan rata.
(2) Periksa dan pastikan apakah bentuk las-lasan atau lelehan
bagian belakang rata.
(3) Periksa dan pastikan apakah permukaan las teroksidasi.
III.3.4 Pengelasan Mematikan busur
Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang
harus dilakukan meliputi :
1. Runcingkan ujung elektrode .
2. Pasang elektrode pada torch
3. Setel mesin las pada kondisi yang dikehendaki
4. Nyalakan busur
5. Pengelasan
(1) Letakkan kawat pengisi ke depan ujung api dari elektrode
tungsten.
(2) Setelah meletakkan dengan panjang yang optimal, angkat
sedikit kawat pengisi.
(3) Ulangi secara terus menerus untuk membuat lagi las-lasan
sehingga terbentuk manik-manik las.
(4) Peletakan kawat pengisi pada sudut kira-kira 10o-15o terhadap
benda kerja.
Kawat pengisi
Arah pengelasan
Rigi depan
Logam
cair
Rigi
belakang
Gambar III.178 Pengelasan mematikan busur
6. Pengisian kawah las
(1) Matikan busur ketika sampai pada ujung akhir las.
(2) Nyalakan busur lagi dan tambahkan lagi kawat pengisi.
(3) Matikan busur.
(4) Nyalakan busur lagi dan tambahkan lagi kawat pengisi
secukupnya.
(5) Ulangi lagi sampai tingginya las lasan sama dengan tinggi
las-lasan sebelumnya
Gambar III.179 Pengisian kawah las
7. Pemeriksaan
(1) Periksa bentuk alur las dan keragamannya.
(2) Periksa dan pastikan apakah lebar dan tinggi las-lasan optimal
atau sudah memenuhi persyaratan.
(3) Periksa apakah ada takik dan overlap pada hasil las.
(4) Periksa apakah kawah las terisi penuh atau kurang dari yang
dipersyaratkan.
Kawah
Gambar III.180 Pemeriksaan las
III.3.5 Pengelasan Aluminium Dengan Las TIG
Tahapan-tahapan persiapan yang perlu dilakukan dan hal-hal
penting yang harus diperhatikan meliputi :
1. Penyetelan mesin las
(1) Setel sakelar pemilih AC/DC ke AC
(2) Atur besarnya aliran gas sampai dengan10 / menit.
(3) Atur arus sekitar 90 -110 A.
(4) Yakinkan bahwa setiap tombol dan dial disetel pada posisi
yang optimal.
Gambar III.181 Sakelar AC dan DC
2. Pembersihan benda kerja
(1) Bersihkan permukaan benda kerja dengan sikat baja dari grup
baja tahan karat austenitik .
(2) Bersihkan minyak di permukaan benda kerja dengan alkohol.
(3) Bersihkan kawat pengisi dengan kertas gosok.
(4) Bersihkan minyak di kawat pengisi dengan alkohol.
3. Penyalaan busur
(1) Setel torch tegak 90o terhadap permukaan benda kerja.
(2) Miringkan torch sekitar 10-20o terhadap arah pengelasan.
(3) Jaga panjang busur sekitar 3-5 mm.
(4) Lelehkan ujung awal pengelasan.
(5) Buatlah lebar logam cair sekitar 8-10 mm.
Logam induk
Arah pengelasan
Gambar III.182 Penyalaan busur pengelasan aluminium
dengan las TIG
4. Pengelasan
(1) Masukkan kawat pengisi ke ujung depan logam cair.
(2) Majukan kawat pengisi setelah pencairan logam dengan
panjang yang optimal.
(3) Ulangi pengelasan sepanjang garis las.
(4) Pemakanan kawat pengisi pada 10o -15o terhadap benda
kerja.
Filler wire
kawat pengisi
Rigi depan
Logam cair
Rigi belakang
Welding direction
Arah pengelasan
kawat pengisi Arah pengelasan
Gambar III.183 Proses pengelasan aluminium dengan las TIG
5. Pengisian kawah las
Lakukan seperti pada pelajaran sebelumnya.
“Pengelasan pada baja tahan karat dengan las GTAW ”
6. Pemeriksaan
(1) Periksa bentuk dan keragaman manik las .
(2) Periksa apakah lebar dan tinggi las sudah optimal atau
memenuhi syarat.
(3) Periksa apakah ada takik atau overlap.
(4) Periksa daerah pengisian kawah las.
Kawah
Gambar III.184 Pemeriksaan pengelasan
III.4. TEKNIK PENGELASAN SAW
Gambar III.185 Mesin Las Busur Listrik Terendam Otomatik
III.4.1. Sifat-Sifat dan Penggunaannya
Las busur listrik terendam adalah salah satu jenis proses
pengelasan yang termasuk jenis las busur listrik elektrode terumpan yang
dalam prosesnya berlangsung logam cair ditutup dengan Fluks yang
diatur melalui suatu penampungan Fluks dan logam pengisi yang berupa
kawat pejal diumpankan secara terus menerus . Memperhatikan proses
kerjanya busur listriknya terendam dalam Fluks, untuk itu proses ini
dinamakan las busur terendam.
a. Ammeter f. Inch Button
b. Welding – Voltage Adjusment g. Retract Feed
c. Voltmeter h. Weld Stop
d. Current Adjusment i. Start
e. Travel Control j. Contractor
Electrode Wire Roll
Contact
Tube
Work
piece
Wire Feed
Motor
Voltage and
Current Control
Electrode Cable
Unfused –
Flux
Recovery
Direction of
Funnel
Voltage pickup
leads
(optional)
Ground
Flux Hopper
a
b
c
d
e f g h
j
i
Penggunaan proses SAW ini semakin berkembang, karena
hasilnya bermutu tinggi juga kecepatan pelaksanaannya paling cepat bila
dibanding dengan proses pengelasan yang lainnya. Jenis proses ini
mempunyai kekurangan yaitu keterbatasan dalam posisi pengelasan
yaitu datar dan horisontal saja.
Proses pengelasan SAW ini banyak dipergunakan pada industri
perkapalan yang menggunakan proses produksi dengan sistim blok,
memperhatikan proses pengelasan yang semi maupun otomatis maka
dibutuhkan operator las, bukan juru las dimana untuk mengoperasikan
mesin ini pelaksana tidak dituntut berketrampilan tinggi seperti juru las.
Meskipun operator tidak dituntut ketrampilannya seperti juru las namun
bila pelaksana akan mengelas konstruksi kapal maka yang bersangkutan
harus juga berkualifikasi.
Pengelasan SAW ini tidak hanya dipergunakan pada proses
fabrikasi saja tetapi juga banyak dipakai pada tahap perakitan
( assembly ), dengan mesin semi ataupun otomatis misal pada saat
penyambungan geladak atau pada pembuatan tangki-tangki yang relatif
besar.
III.4.2. Prinsip Kerja Proses Las SAW
Proses ini berlangsung dibawah rendaman Fluks, dimana fungsi
kawat las selain sebagai elektroda pembangkit busur api listrik juga
sebagai bahan pengisi yang oleh karenanya jenis las ini termasuk
kelompok las busur listrik elektroda terumpan. Panas yang berasal dari
busur api listrk yang timbul diantara kawat elektroda dan bahan induk
akan mencairkan logam-logam las, kawat las dan Fluks, kemudian
setelah cairan ini membeku akan terjadi las-lasan yang tertutupi oleh
terak.
Fluks yang terbakar akan melindungi proses las terhadap
pengaruh udara luar, perlindungan yang terjadi membedakan menjadi
dua bagian yaitu Fluks yang terbakar langsung menjadi terak dan sisanya
tetap tidak terbakar dan ini juga bisa berlaku sebagai pelindung. Proses
ini berlangsung secara otomatis atau semi otomatis, maka selain sumber
tenaga mesin ini juga dilengkapi dengan motor kereta pembawa dan
panel pengatur proses. Pada panel terdapat pengatur arus, tegangan dan
kecepatan pengelasan .Jumlah Fluks yang diperlukan dalam proses
pengelasan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak
dan tidak kurang , sedangkan sisa Fluks yang tidak terbakar akan
dipergunakan untuk pemakaian berikutnya.
Untuk pengelasan SAW ini ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan
yaitu :
a. Pada penggunaan kawat las yang besar, maka arus pengelasan
juga besar sehingga penetrasi cukup dalam dan efisiensi
pengelasan tinggi.
b. Penghematan kawat las dapat dilakukan dengan memperkecil
kampuh lasnya tetapi masih harus memenuhi persyaratan yang
berlaku.
c. Karena busurnya terendam oleh Fluks maka penentuan pengelasan
yang salah dapat menggagalkan seluruh hasil pengelasan.
d. Posisi pengelasan hanya terbatas pada posisi datar baik benda
tetap maupun benda bergerak.
e. Mengingat prosesnya secara otomatis , maka penggunaannya
terbatas bila dibanding dengan las dengan tangan atau semi
otomatik.
Jenis mesin las ini ada dua yaitu mesin las bergerak dan mesin
las tetap (benda yang bergerak ) , mesin las bergerak banyak digunakan
untuk pengelasan yang datar , sedangkan untuk mesin yang tetap
banyak dipergunakan untuk mengelas melingkar dimana mesin digantung
diatas benda kerja yang akan dilas.
III.4.3. Prosedur dan Teknik Pengelasan
Seperti halnya pelaksanaan pengelasan yang lainnya, proses
pengelasan SAW harus dilaksanakan mengikuti spesifikasi prosedur
pengelasan (WPS) , yaitu suatu spesifikasi prosedur pengelasan yang
didukung oleh suatu catatan data kualifikasi prosedur ( Procedure
Qualification Record = PQR ).
III.4.3.1. Logam induk
Peran operator sangat menentukan pada persiapan , penyetelan ,
pemilihan bahan induk /pengisi dan pemilihan parameter pengelasan.
Ada tiga kreteria logam induk yang cocok, kurang cocok dan tidak cocok
dilas dengan proses SAW dengan kreteria sebagai berikut :
1. Logam induk yang sangat cocok dilas dengan menggunakan las SAW
adalah baja karbon rendah bukan paduan dengan kadar karbon tidak
lebih dari 0,30 %, maupun fasfor dan belerang masing-masing tidak
lebih dari 0,05 %. Baja karbon menengah dan bja konstruksi paduan
rendah dapat juga dilas dengan proses SAW, namun harus dengan
perlakuan panas khusus (pre heating dan post heating) dan dengan
kawat las maupun Fluks yang khusus.
2. Logam induk yang kurang cocok dilas menggunakan proses SAW
adalah baja karbon tegangan tinggi dan beberapa baja karbon rendah,
yaitu apabila persyaratan kekuatan dan keliatan (notch – toughness)
khusus ingin dicapai dengan proses ini. Karena masukan panas lebih
besar dari proses lainnya , maka daerah akan lebih dalam (deeper
haated zone ) hal ini akan mempengaruhi kekuatan dan keliatan
logam induk.
3. Logam induk yang tidak cocok dilas dengan proses ini adalah besi
tuang, karena dengan masukan panas yang tinggi dan cepat akan
menghasilkan tegangan panas yang tidak tertahan.
III.4.3.2. Elektroda las
Komposisi kimia yang tersusun dalam elektroda las akan
menentukan hasil lasan (weld metal). Elektroda untuk proses SAW dapat
berbentuk kawat atau pita tergantung keperluannya, dikemas dalam
gulungan. Elektroda yang berbentuk pita dipakai dalam pelapisan
permukaan (surfacing), elektroda yang berbentuk kawat diklasifikasikan
menurut AWS.A.5.17-69 dengan diameter 1 – 9,5 mm. Besar kecilnya
gulungan tergantung dari besar kecilnya diameter elektroda.
Permukaan elektroda harus cukup halus dan untuk elektroda baja
karbon rendah dan bukan paduan dilapis tipis dengan tembaga, tujuan
dari pelapisan ini adalah untuk melindungi pengaruh udara terhadap
korosi dan membuat kontak dengan program induk yang lebih baik.
III.4.3.3. Fluks
Flukss yang dipakai dalam proses SAW ini berbentuk powder,
berbutir dengan gradasi tertentu, yang diberi istilah 8 x 48 mesh sampai 8
x 325 mesh. Angka 8 disini berarti bila powder tersebut diayak dengan
ayakan berlubang 8 buah setiap inci, hanya 90 – 95 % saja yang dapat
lolos, dan angka 48 atau 325 menyatakan bahwa, bila diayak dengan
ayakan yang berlubang 48 atau 325 per inci, hanya 2 – 5 % saja yang
boleh lolos dan untuk angka 250, sering disebut D (dust), misalnya 48 x
250 mesh disebut juga 48 x D.
Sifat yang harus dimiliki Flukss antara lain adalah harus dapat
terbakar, terdiri atas mineral – mineral yang mengadung oksida – oksida
Mangan ( MnO), Silikon (SiO2), Kalsium (CaO) dan sebagainya.
Penambahan silika dan flourida akan dapat menstabilkan busur dan
kalsium flourida membuat Flukss lebih cair. Bobot, jenis dan suhu cair
Flukss harus lebih rendah dari bobot, jenis dan suhu cair logam induk dan
elektrodanya.
III.4.3.4. Desain sambungan las
Sambungan yang akan dilas dengan proses SAW harus didesain
berdasarkan ketentuan yang berlaku, yang merupakan suatu spesifikasi
desain dan harus dikualifikasi. Dalam membuat sambungan las harus
diperhitungkan parameter – parameter lainnya misalnya besar kecilnya
arus yang digunakan, ukuran elektroda yang dipakai dan kecepatan
pengelasan. Kombinasi antara desain dan parameter pengelasan yang
tidak cocok akan mengakibatkan kegagalan dalam pengelasan.
III.4.3.5. Pemilihan parameter pengelasan
1. Arus listrik
Menurut jenis arus yang dikeluarkan ada 2 jenis Power supply untuk
pengelasan dengan proses SAW yaitu
(1). Yang menghasilkan arus rata (DC)
(2). Yang menghasilkan arus bolak – balik (AC)
Baik dengan arus rata maupun arus bolak – balik pada proses SAW
akan menghasilkan produk yang baik. Namun masing – masing
mempunyai kekhususan dalam pemakaiannya tergantung tinggi
rendahnya arus dan besar kecilnya kawat elektroda serta kecepatan
dalam pengelasan.
Dalam proses SAW, elektrode dengan diameter tertentu dapat
dipakai dengan arus dalam suatu batas (range) yang sangat luas seperti
yang diberikan dalam tabel III.5.
Untuk arus yang sama , dengan elektroda yang lebih kecil akan
menambah kedalaman penetrasi (fusion) dan mempersempit lebar las
(weld bead). Bila arus pengelasan diambil yang bawah dari batas yang
diberikan pada tabel, elektroda berikutnya yang lebih kecil akan
menghasilkan arus yang lebih stabil dan depositan akan lebih tinggi.
Tabel III.5 Batas – batas arus untuk kawat elektrode yang
dipakai dalam proses SAW
Diameter kawat Batas Ampere
Inchi Amp
Diameter kawat Batas Ampere
Inchi Amp
0,045 ............ 100 – 350
1/16 ............ 115 – 500
5/64 ............ 125 – 600
3/32 ............ 150 – 1700
1/8 ............ 220 - 1000
5/32 ........... 340 – 1100
3/16 ........... 400 – 1300
7/32 ........... 500 – 1400
1/4 ........... 600 – 1600
5/16 ........... 1000 – 2500
3/8 ........... 1500 – 4000
Penggunaan arus yang terlalu tinggi kan menyebabkan penetrasi
atau fusi terlalu besar yang kadang-kadang menyebabkan jebolnya
sambungan las dan daerah terpengaruh panas akan lebih besar juga.
Bila penggunaan arus terlalu kecil akan menyebabkan penetrasi dangkal
lihat gambar III.186. Jumlah logam las yang deposit dalam suatu satuan
waktu tertentu akan berbanding langsung dengan jumlah ampernya.(lihat
gambat III.187.).
Gambar III.186 Penetrasi Las
Gambar III.187 Pengaruh arus dalam proses SAW
350 amper 500 amper 650 amper
840 amper 120 amper 1560 amper
40
20
10
0 200 400 600 800 1000
Kawat baja tahan
karat
dia 1/8”
Kawat baja karbon
rendah
dia 1/8”
Arus, Amp
Arus rata, polaritas balik
2. Tegangan pengelasan
Tegangan pengelasan akan menentukan bentuk fusi dan
reinforcement .Pertambahan tegangan akan membuat lebar las
bertambah rata, lebar dan penggunaan Fluksnya bertambah besar
pula.Tegangan yang terlalu tinggi akan merusak penutupan logam las
oleh cairan Fluks yang dapat memberikan peluang uadara luar
berhubungan dan menyebabkan terjadinya porositas.
3. Kecepatan pengelasan.
Kecepatan pengelasan adalah suatu variasi yang sangat penting
dalam proses SAW karena akan menentukan jumlah produk pengelasan
dan metallurgi lasnya.
Penambahan kecepatan pengelasan pada sambungan fillet
mempersingkat waktu, tetapi pada pengelasan sambungan tumpul yang
beralur hanya kecil mempersingkat waktu. Karena pada sambungan
beralur jumlah deposit adalah variabel untuk waktu pengelasan.
Penambahan kecepatan pengelasan akan mengurangi masukan panas
pada proses pengelasan.
4. Diameter kawat elektroda
Pengurangan diameter kawat elektroda dalam ini tanpa merubah
parameter lainnya akan memperbesar tekanan busur, yang berarti
penetrasi akan semakin dalam dan lebar deposit semakin berkurang.
Lihat gambar II.188.
Gambar III.188 Pengaruh dari diameter kawat elektrode
dia 1/8” dia 5/32” dia 7/32”
5. Ketebalan lapisan Fluks
Ketebalan lapisan Fluks yang digunakan dalam pengelasan
proses SAW juga mempengaruhi bentuk dan kedalaman penetrasi
pengelasan. Bila lapisan Fluks terlalu tipis maka arus akan tidak tertutup
dan hasil lasan akan retak atau poros. Bila lapisan Fluks terlalu tebal
maka akan menghasilkan reinforcement terlalu tinggi.
III.4.3.6. Pelaksanaan pengelasan
Pengelasan dapat dilaksanakan bila persiapan telah lengkap,
yaitu bentuk – bentuk sambungan maupun parameter – parameter
pengelasan telah sesuai. Pada permulaan dan akhir pengelasan sering
terjadi las tidak sempurna, maka bila dikehendaki seluruh sambungan
tanpa cacat pada ujung maupun akhir pekerjaan ditambahkan pekerjaan
dengan persiapan yang sama. Pada proses SAW, karena panas dan
jumlah logam las cair cukup besar sering cairan logam las ini bocor ke
bawah. Untuk menjaga agar tidak terjadi hal tersebut, maka
dipergunakanlah penyangga cairan (backing), yang bentuknya bermacam
– macam tergantung desain sambungan dan bentuk konstruksi.
1. Sebelum proses pengelasan terlebih dahulu perlu dilakukan
penanganan terhadap mesin las, penyiapan peralatan dan
melengkapi diri dengan alat pelindung diri (APD)
2. Proses pengelasan dengan las busur listrik didahului dengan
mengatur posisi tubuh kemudian dilanjutkan dengan proses
penyalaan busur, menjalankan dan menghentikan / mematikan busur.
3. Dalam belajar las, melakukan pengelasan awal berupa pelelehan,
pembuatan manik – manik las lurus dan pembuatan manik – manik
las dengan mengayun.
4. Selain memperhatikan ketentuan dalam proses pengelasan, hal yang
tak kalah pentingnya adalah pada saat menyambung manik – manik
las.
5. Setiap akhir pengelasan dan sebelum proses lanjutan penyambungan
perlu melakukan pembersihan terak dan percikan las terlebih dahulu.
6. Proses pengelasan sambungan tumpul tanpa penahan belakang
dimulai dari penyiapan posisi material yang akan disambung,
dilanjutkan dengan penyetelan dan menahan dengan las ikat
kemudian dimulai dengan pengisian kampuh las.
7. Kelancaran proses pengelasan dipengaruhi oleh kesiapan dari mesin
las, untuk itu perlu diperhatikan dan dilakukan tindakan sebagai
berikut : Periksa sirkuit utama dan sirkuit bantu, Persiapkan tang
amper dan pasangkan melewati kabel arah holder, Atur arus
sesuai besaran yang dipersyaratkan menurut penggunaan elektrode,
Lengkapi diri anda dengan alat pelindung diri dan siapkan
peralatan seperlunya.
8. Posisi tubuh yang benar dan stamina yang prima pada saat mengelas
akan menunjang kesempurnaan hasil pengelasan, untuk itu
disarankan bagi seorang juru las untuk selalu berlatih dan menjaga
kesehatan dengan extra fooding.
9. Pada prinsipnya mengelas merupakan proses pengaturan busur las
pada benda kerja yang disambung agar pada saat logam isi meleleh
menempati posisi yang dikehendaki dan menghindari terjadinya cacat
– cacat pengelasan.
10. Pengelasan GMAW / FCAW merupakan jenis pengelasan yang
mempunyai faktor efisiensi yang besar bila digunakan untuk
mengelas konstruksi, mengingat seorang juru las dapat melakukan
proses pengelasan sampai pada batas ketahanan juru las tersebut
dengan tidak perlu mengganti logam pengisi.
I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d dan e pada jawaban
yang benar !
1. Untuk mendapatkan kualitas hasil las yang diinginkan maka lebar
ayunan elektrode yang diijinkan adalah ........
a. 1 x elektrode d. 4 x elektrode
b. 2 x elektrode e. 5 x elektrode
c. 3 x elektrode
2. Pada saat memasang elektrode, hal – hal yang perlu dihindari :
a. Menggunakan elektrode holuen yang terisolasi
b. Melepas elektrode saat tidak mengelas
c. Memasang elektrode tanpa menggunakan sarung tangan kering
d. Menempatkan pegangan elektrode pada tempat yang aman
e. Menggunakan sarung tangan yang kering
3. Alat yang menjepit tungsten pada welding gun las tig adalah .......
a. Collet d. Nozle
b. Collet body e. Torch
c. Contac
4. Kode warna tungsten murni yang digunakan mengelas aluminium
adalah .......
a. Kuning d. Coklat
b. Hijau e. Putih
c. Merah
5. Alat untuk mengatur / mengukur debit aliran gas Ar adalah .......
a. Manometer d. Tachometer
b. Heater e. Spedometer
c. Flow meter
6. Nozle ceramic pada welding gun terpasang pada :
a. Collet d. Collet body
b. Backing gas e. Tip body
c. Selenoide
7. Gas pelindung yang digunakan untuk mengelas aluminium pada las
TIG adalah ........
a. He d. H2
b. N2 e. Ar
c. CO2
8. Alat untuk menarik wire rod adalah .......
a. Contac tip d. Collet body
b. Tip body e. Tip body
c. Feeder roller
8. Alat untuk mengukur / membuka dan menutup aliran gas secara
otomatis adalah ......
a. Flow meter d. Tip body
b. Penetra meter e. Selenoide
c. Heater
9. Jalur wire rod pada ujung welding gun adalah ......
a. Collet d. Contact tip
b. Collet body e. Nozle
c. Tip body
10. Proses FCAW menggunakan pelindung ......
a. Fluks dan CO2 d. Fluks dan H2O
b. Fluks dan N2 e. Fluks dan O2
c. Fluks dan CO
11. Bahan tambah / logam pengisi pada proses FCAW disebut :
a. Tig rod d. Elektrode
b. Filler rod e. Kawat las
c. Wire rod
12. Bila anda mengelas pada sambungan dua buah plat, gejala apa yang
terjadi pada sambungan plat tersebut ?
a. Pengerutan metal d. Pengembangan metal
b. Keretakan metal e. Tidak terjadi reaksi apa- apa
c. Corosian metal
13. Gambar disamping menunjukkan macam / jenis sambungan ........
a. Lapp joint
b. Corner joint
c. Edge joint
d. Butt joint
e. Fillet joint
14. Berapakah besar sudut elektrode terhadap jalur las pada posisi datar,
seperti yang ditunjukkan gambar diatas ........
a. 300 - 450
b. 500 - 600
c. 600 - 700
d. 700 - 800
e. 800 - 900
15. Pada proses pengelasan pipa ada beberapa macam posisi
diantaranya adalah ........
a. 1G, 2G, 3G, 4G d. 2G, 3G, 5G, 6G
b. 1G, 2G, 5G, 6G e. 2G, 3G, 4G, 5G
c. 1G, 2G, 4G, 5G
16. Arti dari simbol pengelasan disamping adalah ..........
a. Las sudut panjang las 5 - 10
b. Las sudut panjang kaki las 5 -10
c. Las sudut panjang las 5
d. Las sudut panjang kaki las 5
e. Las sudut panjang las 10
?
5-10
17. Suatu konstruksi pelat dengan sambungan lipatan / lap connections
dengan tebal yang berbeda, maka jarak / panjang dari dua pelat yang
overlap tersebut adalah .......
a. Tidak boleh lebih dari 3x / kurang dari 2x tebal plat yang lebih tipis
b. Tidak boleh lebih dari 4x / kurang dari 3x tebal plat yang lebih tipis
c. Tidak boleh lebih dari 5x / kurang dari 4x tebal plat yang lebih tipis
. Tidak boleh lebih dari 6x / kurang dari 5x tebal plat yang lebih tipis
e. Tidak boleh lebih dari 7x / kurang dari 6x tebal plat yang lebih tipis
18. Dari gambar diatas urutan pengelasan yang benar adalah .........
a. A – B - C d. B – C – A
b. A – C – D e. C – A – B
c. B – A – C
19. Persiapan sambungan konstruksi pelat yang mempunyai perbedaan
tebal lebih dari 3 mm, maka sisi dari kampuh pelat yang lebih tebal
harus dibuat taper dengan perbandingan :
a. 1 : 3 d. 2 : 4
b. 1 : 4 e. 2 : 5
c. 1 : 5
20. Daerah di sekitar bidang las yang rawan akibat proses pengelasan
disebut ........
a. Daerah bebas dari las
b. Daerah yang bersih dari spater
c. Daerah yang harus diberi penguat
. Daerah pengaruh panas (HAZ)
e. Daerah yang tidak kena panas
A A
C
B
B
II. Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan
benar !
1. Jelaskan bagaimana caranya menyambung jalur las setelah
pengelasan dihentikan (berhenti) sementara !
2. Berapa jarak busur listrik yang baik dan berapa sudut kemiringan
elektrode ke arah gerakan pengelasan ?
3. Jelaskan dengan singkat bagaimana cara memulai pengelasan
SMAW !
4. Jelaskan dengan singkat bagaimana cara memulai pengelasan
GMAW / FCAW !
5. Jelaskan dengan singkat bagaimana cara memulai pengelasan
GTAW !
6. Jelaskan dengan singkat bagaimana cara memulai pengelasan SAW !
Selengkapnya tentang Kemajuan Teknologi Pengelasan
Komentar
Posting Komentar